Ilmu PSHT: pentingnya rasa saling asah asih asuh
Kemauan untuk saling menghamat-hamati, ini lebih merupakan sebuah sistem kontrol dari dan untuk Keluarga Besar PSHT. Dalam istilah yang lebih populer sering disebut sebagai “waskat” (pengawasan melekat). Artinya masing-masing personel yang berada di dalam wadah Persaudaraan Setia Hati Terate secara aktif harus bisa melakukan pengawasan baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap yang lain. Dengan sistem kontrol ini, setiap anggota harus berani memberikan nasehat atau teguran jika mendapati salah seorang saudaranya melakukan kesalahan atau keluar dari rel yang telah digariskan. Dengan catatan jangan mencari-cari kesalahan. Dan teguran persuasif atau lebih dikenal dengan istilah “among rasa”.
Membiarkan seseorang melakukan kekeliruan, padahal kita tahu bahwa akibat dari tindakan keliru itu akan membahayakan orang itu sendiri, berarti secara tidak langsung kita ikut menjerumuskan orang tersebut ke jurang kenistaan. Lain kata, kita ikut menanggung dosa atas perbuatan orang itu. dalam Persaudaraan Setia Hati Terate dikenal dengan istilah “dosa tanpa berbuat”.
Maka yang terbaik bagi kita adalah katakan yang sebenarnya jangan yang sebaiknya dan katakan yang benar sekalipun itu pahit. Lontarkan kritik jika melihat salah seorang saudara kita melakukan kekeliruan ketimbang membiarkan saudara sendiri terjerumus ke lembah kenistaan (tega larane ora tega patine).
Sebaiknya bagi anggota yang merasa melakukan kekeliruan dengan tulus harus bisa menerima nasehat itu. Jangan lantas membenci saudaranya yang memberi teguran. Ini mengingat bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Manusia itu tak luput dari kekhilafan dan kekeliruan. Dan mencari kelemahan diri sendiri lebih sulit ketimbang mencari kekeliruan orang lain. Dalam pepatah sering dikatakan “gajah d pelupuk mata tak terlihat, kuman di seberang lautan tampak jelas”.
Comments
Post a Comment